PSO DAN CRPSO

  Sumber: Swarm intelligence: craziness particle swarm optimiztion untuk optimasi sistem tenaga listrik (2023)

sumber :  Guha, D., Roy, P. K., & Banerjee, S. (2016). Load frequency control of interconnected power system using grey wolf optimization. Swarm and Evolutionary computation, 27, 97-115.

Sumber : GARG, Kapil; KAUR, Jaspreet. Particle swarm optimization based automatic generation control of two area interconnected power system. International Journal of Scientific and Research Publications, 2014, 4.1: 1-8.

 



1.1. Swarm Intellegence

Merupakan sebuah konsep dalam kecerdasan buatan yang melibatkatkan penyelidikan perilaku kolektif dalam system desentralisasi. Konsep ini terinspirasi dari perilaku alami kelompok atau koloni makhluk hdiup seperti semut burung dan ikan bekerja bersama sama untuk mencapai tujuan tertentu tanpa adanya pusat pengendali tunggal.

Swarm Intteligence berupa sebuah model algoritmatik yang meniru prinsip prinsip kelompok indivodu sederhana yang berkolaborasi untuk mencapai tujuan melalui pembelajaran mandiri penyesuaian saling membantu. Algoritma ini memanfaatkan perilaku kolektif dalam sistem untuk memecahkan masalah kompleks secara efisien. Pendekatanii berfokus pada interaksi dan kerjasama antar agen dalam suatu sistem, yang menegarah pada munculnya perilaku yang dapat mengarah pad amunculnya perilaku yang dapat mengungguli upaya individu dalam memecahkan masalah dan pengambilan keputusan. Berikut taksonomi dari kecerdasan buatan





1.2. Prinsip prinsip Swarm intelligence

·       Kontrol Terdesentralisasi: Tidak ada pengendali pusat; setiap agen atau entitas beroperasi secara mandiri dalam sistem.

·       Pengorganisasian Mandiri: Setiap agen dalam sistem berkolaborasi dan berkoordinasi secara otomatis tanpa arahan eksternal untuk mencapai tujuan bersama.

·       Interaksi Lokal Antar-Individu: Agen-agen dalam sistem hanya berinteraksi dengan agen lain di sekitarnya, dan tidak membutuhkan informasi global untuk berfungsi.

·       Kemunculan Perilaku Kolektif: Dari interaksi lokal dan aturan sederhana, muncul perilaku kolektif yang kompleks, mencerminkan kecerdasan sosial.

·       Koordinasi Efisien: Sistem swarm intelligence menekankan pada koordinasi yang efisien di antara agen-agen tanpa adanya pemimpin atau struktur hierarki.

·       Kemampuan Adaptasi: Agen dalam swarm intelligence mampu beradaptasi terhadap perubahan lingkungan dengan cepat, seperti koloni semut atau kawanan burung di alam.

·       Efektivitas Komunikasi dan Kolaborasi: Dengan memanfaatkan komunikasi yang efektif, agen-agen dalam swarm intelligence mampu mengatasi tugas-tugas yang kompleks.

·       Keunggulan Desentralisasi: Pendekatan desentralisasi memungkinkan agen-agen bekerja secara mandiri, namun tetap mencapai tujuan kelompok dengan hasil yang optimal

1.3. Keuntungan Swarm intelligence

Berikut beberapa keuntungan yang didapatkan ketika menggunakan algoritma swarm intelligence:

·       Fleksibilitas dan Adaptabilitas: Swarm Intelligence memberikan fleksibilitas bagi agen-agen untuk beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan lingkungan. Agen-agen dalam swarm dapat menyesuaikan peran dan perilakunya secara mandiri berdasarkan kebutuhan kelompok, menunjukkan kemampuan adaptasi yang tinggi. Fleksibilitas ini menjadikan Swarm Intelligence efektif dalam situasi dinamis dan optimal untuk kinerja.

·       Ketahanan dan Toleransi Terhadap Kesalahan: Karena tidak ada kendali pusat dan interaksi yang bersifat lokal, sistem swarm memiliki ketahanan yang tinggi terhadap kesalahan. Jika ada satu agen yang gagal, agen lainnya dapat melanjutkan tugas secara efektif, sehingga kontinuitas dan stabilitas sistem tetap terjaga meskipun terjadi kegagalan atau kesalahan pada beberapa agen.

·       Efisiensi dalam Penyelesaian Tugas Kompleks: Dengan distribusi tugas di antara agen-agen, swarm intelligence mampu menangani masalah yang kompleks secara efisien. Agen-agen bekerja sama secara kolaboratif untuk mencapai tujuan yang sama tanpa adanya kendali pusat, meniru perilaku adaptif dan efisien dari hewan sosial di alam seperti semut, lebah, dan burung.

 

1.4. Penerapan swarm intelligence pada bidang tenaga Listrik

Swarm intelligence banyak digunakan pada banyak bidang salah satunya apda tenaga listrik diantaranya:

·       Optimalisasi Penempatan Kapasitor: Swarm Intelligence, seperti Particle Swarm Optimization (PSO), dapat digunakan untuk menempatkan kapasitor secara optimal di jaringan distribusi listrik. Dengan penempatan yang tepat, kerugian daya dapat diminimalkan dan tegangan dapat dipertahankan pada level yang stabil.

·       Pengaturan Power System Stabilizer (PSS): PSS adalah perangkat yang membantu menjaga stabilitas sistem tenaga listrik saat terjadi gangguan atau fluktuasi beban. Dengan PSO, parameter PSS dapat dioptimalkan untuk memastikan sistem lebih cepat kembali ke kondisi stabil setelah gangguan. Swarm Intelligence membantu dalam menemukan konfigurasi terbaik untuk meningkatkan performa stabilitas daya listrik.

·       Pengaturan Beban Listrik: Dalam sistem distribusi listrik, Swarm Intelligence membantu dalam mengatur beban listrik secara efisien. Metode ini mampu mengalokasikan beban dengan mempertimbangkan kapasitas pembangkit dan permintaan konsumen, sehingga meminimalkan risiko kelebihan beban dan memastikan distribusi yang merata.

 

1.5. Particle Swarm Intelligence (PSO)

Pso merupkan salah satu teknologi dari swarm intelligence yang dikembangkan pertama kali oleh kennedy dan eberhard. PSO merupakan metode yang efisien dan andal yang memeanfaatkan populasi stokastik. PSO hanya berupa bebearap baris perintah pada komputer untuk mengatasi suata masalah.

Teknologi PSO berasal dari aktivita atau pola sekelompok burung mencari makanan. Ketika seekor burung mencari makanan,  burung tersebut akan ikut dengan kawanannnya dalam kelompok yang besar. Ketika menemukan keberadaan makanan dalam jumlah banyak mereka akan berkomunikasi satu sama lain tentang keberadaan makanan tersebut sehingga semua bagian dari kolektif mendapatkan makanan. Sifat inilah yang mendorong pengembangan dari teknologi pso.

Beberapa Ahli memodelkan konsep PSO disebebkan oleh pengamatannya terhadap lingkungna sekitar yaitu:

a.      Edward O. Wilson, seorang ahli biologi terkenal, mengembangkan konsep perilaku kolektif pada hewan, termasuk schooling pada ikan, dalam rangka memahami bagaimana hewan sosial berkoordinasi tanpa pemimpin pusat. Teori ini menejlaskan setiap sekolah mendapatkan manfaat dari penemuan dan pengalaman sebelumnya dari seleuruh anggota sekolah lainnya dalam proses mencari makanan, dalam proses pencarian makanan terjadi proses pertukaran informasi sosial antar anggota yang menjadi dasar perkembangan partikel dalam proses optimasi

b.     Craig Raynolds,   Dalam modelnya, yang dikenal sebagai "Boids," Reynolds menunjukkan bagaimana burung dalam kawanan bisa bergerak serempak dengan mengikuti tiga aturan dasar: Separation (Pemisahan): Setiap burung akan menjaga jarak tertentu dengan burung lainnya untuk menghindari tabrakan.

·       lignment (Penyelarasan): Burung akan menyesuaikan arah geraknya agar sejalan dengan burung-burung di sekitarnya.

·       Cohesion (Kohesi): Burung akan bergerak menuju pusat kelompok, menjaga kawanan tetap berkumpul.

Dengan mengikuti aturan-aturan ini, setiap burung bisa "mengontrol" jaraknya dengan burung lain tanpa perlu pemimpin, dan hasilnya adalah pola gerakan yang tampak terkoordinasi.

            Optimasi pada PSO berbasis pada populasi. Pertama-tama menyebarkan segerombolan partikel di ruang masalah, partikel partikel ini disebut swarm. Partikel-partikel ini menyimpan informasi tentang keberadaannya dan potensi nilai yang dihasilkan oleh keberadaanya kemudian memberikan informasi satu sama lain sehingga dapat diketahui dari dari informasi yang diperoleh partikel mana yang mengambil posisi dan mendapatkan hasil pergerakan terbaik. Berdasarkan informasi yang diperoleh partikel lain akan bergerak meuju lokasi tersebut berdasarkan fungsi gerak (velocity). Informasi ini terus disebar karena partikel-partikel tersebut terus bergerak hingga memperoleh posisi dengan nilai fungsi hasil yang optimal. Dan pada akhirnya tidak akan mendapatkan hasil yang lebih optimal, meskipun partikel tersebut bergerak. Seiring berjalannya waktu partikel yang bergerak belajar dari pengalaman sebelumnya. Setiap partikel selalu menyesuaikan posisinya berdasarkan pengalaman partikel di sekitarnya.

 

Proses optimasi pertama-tama menginisialisasi posisi partikel pada koordinat x dan y pada ruang masalah dan setiap partikel bergerak sesuai fungsi velocity untuk mengubah posisi. Posisi setiap partikel mengingatkan hasil sterbaikanya serta posisi x dan y yang menghasilkan nilai tersebut. Hasil terbaik untuk setiap partikel direpresntasikan sebagai pbestx[] dan pbesty[ ]. Tanda []  mewakili array yang panjangnya ditentukan oleh jumlah burung atau partikel yang digunakan dalam proses optimasi. Setiap partikel kemudian bergerak untuk mengevaluasi poisi baru dengan pergerakan berdasarkan velocity x dan veloxity y. Secara sederhana pergerakan varibel dapat dilihat sebagai berikut

·       Jika pbestx terletak dikanan partikel saat ini tehadap x maka velocity x baru merupakan hasil pengurangan velocity x dari iterasi sebelumnya dengan bilangan acak weight

·       Jika partikel saat ini tehadap x terletak disisi kiri pbestx, maka velocity x  baru merupakan hasil penjumlahan velocity x dari iterasi sebelumnya dengan bilangan acak weight

Ini juga berlaku untuk y

Bagian kedua ialah setiap partikel mengingatkan dengan baik hasil evaluasi terbaik (global best position) selama proses iterasi atau perjalanan partikel. Selain itu ia akan mengingat nilai posisinya. proses yang digunakan adalah dengan menetapkan indeks array pada partikel dengan nilai terbaik pada gbest sehingga pbestx[gbest] adalah kelompok terbaik posisi x dan pbesty[gbest] adalah kelompok terbaik poisis y. Dari hasil pbestx dan pbesty kemudian setiap veloxity posisi ssx dan y dihitung menggunakan:



Perubahan Variabel Pbest dan Gbest merupakan hal yang sangat penting pada Algoritma PSO. Secara teoritis pbest merupakan memori otobiogtafi partikel karena setiap partikel sellau mengingat pengalamannya sendiri dan perubahan velocity yang berkaitan dengan pebest dapat dianggap sebagai nostalgia sederhana dima setiap partikel ingin kembali ke posisi uang memebrikan hasil terbauk sebelumnya. Namun algoritma ini masih terdapat bagian bagian yang kurang bagus untuk dipadangang dan sulit untuk dipahami. Ketiak perubahan velocity partikel bersarkan uji ketimpangan kasar, dalam hal ini, jika presnt x > bestx maka prenstx menjadi lebih kecil dan juka presentx < bestx maka menjadi lebih besar, sehingga dilakukan revisi dengan membuat velocity lebih sederhana denhan melacar perbedaannya di setiap dimensi untuk menemukan lokasi terbaik, yaitu :




Dengan:

k = iterasi

vi = kecepatan partikel

xi = posisi partikel

c1 = konstanta akselerasi

r1 = konstanta random

pbest = posisi partikel terbaik lokal

gbest = posisi partikel terbaik global

 

Jika dilakukan pada fungsi penimbang akan menyesuaikan eksplorasi global dan lokal yang dilakukan untuk menyesuaikan pada setiap iterasi. Jumlah iterasi berati jumlah pergerakan yang dilakukan oleh partikel.



Dengan:

W = penimbang

Wmax = penimbang maksimum

Wmin = penimbang minimum

Imax = iterasi

I = iterasi

 

1.6. Cracy Particle Swarm Optimization (CRPSO)

CRPSO) adalah varian dari algoritma Particle Swarm Optimization (PSO) yang dirancang untuk meningkatkan kemampuan algoritma dalam menghindari jebakan local optima dan mempercepat konvergensi menuju global optimum. Algoritma ini diperkenalkan dengan menambahkan elemen "kegilaan" atau craziness pada perilaku partikel, yang memungkinkan mereka untuk keluar dari pola gerakan yang berulang atau stagnan dalam ruang pencarian.

Konsep ini diperkenalkan dengan memasukkan faktor "craziness" ke dalam pergerakan beberapa partikel secara acak, yang menyebabkan partikel:

o   Mengabaikan aturan pembaruan berdasarkan personal best dan global best.

o   Bergerak ke arah acak yang berbeda dari partikel lain, memungkinkan eksplorasi area baru dalam ruang pencarian yang mungkin belum pernah dijelajahi sebelumnya.

o   Dengan adanya pergerakan acak, CRPSO menyeimbangkan eksplorasi dan eksploitasi lebih baik, memungkinkan pencarian lebih luas dan membantu partikel menemukan solusi optimal yang lebih baik.

Algoritma CRPSO


            Bentuk tinggi gunung dan danau menunjukkan tinggi dan kedalaman hasil fungsi objektif. Jika             nilai yang inign dicapai adalah nilai minimum maka tujuan utamanya adalah menemukan area                 terdalam untuk setiap partikel. Setiap aprtikel selanjutnya bergerak mencari psosisi terbaik                     sehingga tujuan akhirnya adalah seluruh partikel berada pada titik minimum. Pencarian nilai ini             dapat dilakukan melalu beberapa Langkah yaitu distribusi partikel, evaluasi partikel, evaluasi                 fungsi objektif update velocity update position, update local best, update global best dan                         memilih global best yang bertahan hingga akhir proses iterasi.


Inisialisasi Partikel

·        Setiap partikel diinisialisasi dengan posisi awal yang acak dalam ruang pencarian.

·        Kecepatan awal juga diberikan secara acak untuk setiap partikel.

·        Set nilai personal best position untuk setiap partikel sebagai posisi awalnya, dan nilai global best position ditentukan berdasarkan partikel dengan nilai terbaik di antara semua partikel.

Evaluasi Fungsi Objektif

·        Untuk setiap partikel, fungsi objektif dievaluasi berdasarkan posisinya saat ini.

·        Nilai fungsi objektif ini menentukan seberapa baik posisi partikel dalam konteks masalah yang sedang diselesaikan (misalnya, dalam optimasi, nilai ini adalah nilai yang ingin dimaksimalkan atau diminimalkan).

Menentukan Best Position

·        Setiap partikel akan membandingkan nilai fungsi objektif dari posisinya saat ini dengan nilai personal best position yang dicatat sebelumnya.

·        Jika posisi saat ini memberikan nilai fungsi objektif yang lebih baik, maka posisi ini disimpan sebagai personal best baru untuk partikel tersebut.

·        Setelah semua partikel diperiksa, nilai global best position akan diperbarui sesuai dengan partikel dengan nilai terbaik di antara semua personal best.

Update Position

·        Berdasarkan posisi dan kecepatan sebelumnya, posisi partikel diperbarui.

·        Posisi baru dihitung dengan menambahkan kecepatan saat ini ke posisi sebelumnya.

Perpindahan Partikel (Craziness)

·        Dalam CRPSO, beberapa partikel dipilih secara acak untuk memiliki elemen "kegilaan" atau craziness.

·        Partikel yang mengalami "kegilaan" akan mengabaikan aturan pembaruan normal dan bergerak ke arah yang acak dalam ruang pencarian.

·        Elemen ini membantu mencegah partikel-partikel terjebak pada local optima dengan memperkenalkan keragaman dalam pergerakan mereka.

Evaluasi Iterasi ke-i

·        Setiap partikel dievaluasi kembali pada posisi terbarunya dalam iterasi ke-i.

·        Fungsi objektif dihitung untuk masing-masing partikel pada posisi yang baru diperbarui ini.

·        Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan apakah partikel tersebut lebih baik dari personal best dan global best.

Update Position Iterasi ke-i

·    Posisi setiap partikel dalam iterasi ke-i diperbarui berdasarkan kecepatan baru yang akan dihitung di langkah berikutnya.

·    Jika elemen "craziness" diaplikasikan, maka posisi beberapa partikel dapat dipindahkan ke lokasi acak.

Update Local Best Fitness dan Local Best Position Iterasi ke-i

·        Setiap partikel memeriksa apakah posisi barunya lebih baik dari posisi personal best yang dicatat.

·    Jika lebih baik, personal best dan nilai fitness-nya diperbarui.

Update Global Best Position Iterasi ke-i

·        Posisi global best diperbarui berdasarkan partikel dengan nilai terbaik di seluruh populasi.

·        Jika ada partikel yang nilai fitnes-nya lebih baik dari global best saat ini, posisi global best diubah ke posisi partikel tersebut.

Update Velocity Iterasi ke-i

  • Kecepatan setiap partikel diperbarui dengan rumus berikut:

Dimana:

w: bobot inersia untuk mengontrol dampak dari kecepatan sebelumnya.

    • ​: koefisien kognitif dan sosial, yang mengendalikan seberapa jauh partikel tertarik ke posisi terbaiknya sendiri dan posisi terbaik global.
    •  bilangan acak antara 0 dan 1 untuk memberikan variasi pada pergerakan.
    •  posisi terbaik partikel itu sendiri.
    • posisi terbaik dari seluruh kawanan.

7. Video









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

TP-2 Modul 1

Tugas Pendahuluan 2 - Modul 1 [KEMBALI KE MENU SEBELUMNYA] DAFTAR ISI     1. Kondisi     2. Gambar     3. Video Simulasi     4. ...